5728.2025 Risk Factors Associated with the Incidence of Chronic Energy Deficiency in Pregnant Women in the Gambirsari Surakarta Health Center Work Area

Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta

  • Lia Marshanda Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

Kehamilan merupakan suatu tahap pertumbuhan dan perkembangan dari janin hingga saat kelahiran bayi, sehingga ibu membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak. Kecukupan asupan nutrisi pada wanita, baik sebelum maupun selama masa kehamilan, berperan penting dalam menurunkan risiko gangguan kesehatan pada ibu dan bayi yang dikandungnya(Sisay & Tesfaye, 2023). Nutrisi yang buruk selama kehamilan dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap status gizi rendah pada ibu hamil meliputi anemia serta kekurangan asupan gizi yang berlangsung terus-menerus, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK). Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Kekurangan energi kronis (KEK) bisa juga mempengaruhi ibu hamil yang memiliki risiko (Triyawati & Yuliani, 2023). Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan kondisi di mana ibu mengalami defisiensi gizi dalam jangka waktu yang lama, termasuk kekurangan asupan energi dan protein dan ditandai dengan lingkar lengan atas yang kurang dari 23,5 cm atau hasil pengukurannya menunjukkan area merah pada pita LILA(Paramashanti, 2019). Menurut laporan World Health Organization (WHO), prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada tahun 2019 mencapai 30,1%, dan angka ini meningkat menjadi 35% pada tahun 2020. Selain itu, WHO mencatat bahwa hingga 40% kematian ibu di negara berkembang terkait dengan kondisi kekurangan energi kronis (KEK), yang mencerminkan dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan ibu hamil (Sukmawati et al., 2023). Kekurangan Energi Kronis (KEK) masih menjadi masalah kesehatan signifikan di negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, dan Thailand, dengan prevalensi berkisar antara 15% hingga 47% dan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18,5 yang menunjukkan status gizi yang tidak memadai. Bangladesh mencatat prevalensi tertinggi sebesar 47%, sedangkan Indonesia menempati peringkat keempat dengan 35,5%, dan Thailand memiliki angka terendah di antara negara-negara tersebut, yaitu 15,25%, yang menunjukkan bahwa KEK masih menjadi tantangan serius, terutama di negara dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rentan (Retni & Puluhulawa, 2021). Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada tahun 2018, diketahui bahwa prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) di kalangan ibu hamil mencapai angka 17,3% secara nasional (Riskesdas, 2019). Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah angka tersebut lebih tinggi, yakni sebesar 20,2%, yang masih berada di atas target nasional sebesar 19,7%. Angka ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah perlu mempercepat upaya untuk menurunkan prevalensi KEK agar dapat memenuhi standar nasional dan meningkatkan kesehatan ibu hamil di wilayah tersebut. Prevelensi di Jawa Tengah ditemukan ibu hamil dengan KEK pada tahun 2021 sebanyak 38.602 ibu hamil (Badan Pusat Statistik, 2019). Profil Kesehatan Surakarta tahun 2023, berdasarkan laporan Puskesmas, ditemukan Ibu hamil KEK sebanyak 481, dari sasaran ibu hamil sebanyak 10.479. Jika dilihat angka di tiap kecamatan maka angka ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) tertinggi ada di wilayah kecamatan Banjarsari sebesar 1,70% dan terendah di wilayah kecamatan Serengan sebanyak 19 orang atau sekitar 0,18% (Dinas kesehatan Surakarta, 2023). Ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia berpotensi mengalami berbagai komplikasi serius, termasuk persalinan yang sulit dan memakan waktu lama, kelahiran prematur, serta risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Aisyah et al., 2023). Kondisi ini juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian saat persalinan, perdarahan pascapersalinan, dan berbagai masalah kesehatan lainnya akibat lemahnya kondisi fisik ibu.


Diningsih (2021) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan ibu hamil mengalami kejadian KEK adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil dalam menentukan zat gizi yang baik selama kehamilan. Simbolon & Batbual (2019) menyatakan bahwa pengetahuan tentang gizi kehamilan sangat penting bagi pemenuhan zat gizi selama kehamilan. Faktor ekonomi juga memiliki peran signifikan dalam menyebabkan kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Penghasilan keluarga yang rendah membatasi kemampuan untuk membeli bahan makanan bergizi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu selama kehamilan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya KEK (Pertiwi et al., 2022). Beberapa faktor penyebab terjadinya Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil diantaranya usia ibu yang tidak sehat secara reproduksi misalnya pada ibu usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, konsumsi gizi yang tidak cukup atau pola makan yang tidak memadai, terdapat penyakit, pendapatan keluarga yang rendah sehingga persediaan makanan yang tidak cukup, kurangnya pemberdayaan perempuan dan dukungan suami, pengetahuan dan pendidikan yang rendah, dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun (Rosita & Rusmimpong, 2022). Berdasarkan uraian diatas bahwasannya angka kejadian kekurangan energi kronis (KEK) masih tinggi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor penyebab tidak langsung terjadinya KEK yang terjadi pada ibu hamil, dengan judul Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta”.

Published
2025-07-16
Section
B1 - Skripsi/Thesis/Desertasi dengan subyek uji manusia