5197.2024 Hubungan Self Care Management dengan Kualitas Hidup Lansia Anggota Prolanis di Puskesmas Grogol Sukoharjo

-

  • putri rahayu marmin universitas muhammadiyah surakarta

Abstract

Lanjut usia (Lansia) menjadi bagian dari fase akhir dari proses kehidupan setiap manusia. Pada saat ini jumlah lansia di dunia semakin meningkat. Menurut (Kemenkes RI, 2022) populasi dunia yang berumur >i65 tahun mencapai 771 juta tahun 2022 atau tiga kali lipatnya dari jumlah tahun 1980 (258 juta). Populasi lansia diperkirakan mencapai 994 juta ditahun 2030 dan 1,6 miliar ditahun 2050. Akibatnya, ditahun 2050 akan ada lebih dari dua kali lipat orang berumur >65idi dunia.

Bertambahnya jumlah lansia tentunya menimbulkan permasalahan, terutama dalam hal kesehatan dan kesejahteraan lansia. Permasalahan tersebut diantaranya penurunan kesehatan fisik, psikologis, dan sosial. Menurunnya Kesehatan fisik pada lansia akan mempengaruhi lansia pada tahap rentan terhadap gangguan penyakit. Penyebabnya karena berkurangnya imun tubuh atau daya tahan tubuh terhadap efek dari luar sehingga dapat menurunkan beberapa fungsi sistem dalam tubuh. Beberapaipenyakit yangisering terjadi pada lansia diantaranya hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan penyakit yang tidak menular. Penyakit tidakimenular menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama lansia karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi secara global. Apabila jenis penyakit ini berkembang secara perlahan dan terjadiidalam jangka waktuiyang panjangimaka bisa dikategorikan sebagai penyakit kronis.

Penyakit kronis adalah kondisi medis yang memiliki gejala yang bertahan lama dan merupakan masalah kesehatan paling umum yang berdampak hingga kematian di seluruh dunia (Febriawati et al., 2023). Berdasarkanidata WHO Penyakit kronis mencapai 70% dari kematian di dunia. Gaya hidup yang berubah, konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol, merokok, dan tingkat stres yang tinggi adalah penyebabnya. Pada tahun 2030, diperkirakan 150 juta orang akan menderita penyakit kronis. Penyakit hipertensi dan diabetes militus adalah beberapa penyakit kronik yang paling sering menyebabkan kematian.

Pada tahun 2008, penyakit kronis menjadi penyebab kematian sebesar 36% di seluruh dunia, dan pada tahun 2018, penyakit kronis menjadi penyebabiutama kematian di Inndonesia (Kemenkes RI, 2018). Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dibuat oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan untuk menanggapi tingginya kasus penyakit kronis. Prolanis hanya menangani dua jenis penyakit ini: hipertensi dan diabetes tipe 2 (BPJS, 2014).  Data yang dirilis pada tahun 2018 oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 1,13 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi. Angka tersebut diprediksi akan meningkat setiap tahun dan akan mencapai i1,5 miliar iorang ipada itahun i2025, dengan i10,44 juta kematian akibat dari komplikasi hipertensi (WHO, 2018). Hasil Riskesdas tahun 2022, dari beberapa penyakit kronis di Indonesia, hipertensi menempati proporsi terbesar dari semua penyakit kronis yang tidak menular yaitu sebesar 76,5 persen. Sedangkan proporsi terbesar kedua adalah diabetes melitus sebesar 10,7 persen. (Riskesdas Jawa Tengah, 2022). Data kemenkes 2022, jumlah penduduk yang menyandang penyakit diabetes mellitus pada tahun 2021 sekitar 537 juta orang. Jumlah ini diperkirakaniakan meningkat menjadi 643 juta padaitahun 2030 dan 783 jutaipadaitahun 2045. Pada populasi ini, diabetes juga menyebabkan angka kematian yang tinggi, dengan lebih dari 6,7 juta penduduk berusia 20 hingga 79 tahun yang menderita diabetes (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022).

Prevalensi penyakit tidak menular tahun 2022 di kabupaten sukoharjo sebanyak  263.830 penderita hipertensi dan 17.547 penderita diabetes melitus. Di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 puskesmas. Dari 12 puskesmas, prevalensi penderita diabetes melitus dan hipertensi yang paling tinggi terdapat pada Puskesmas Grogol dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 35.344 dan diabetes melitus sebanyak  2.351 penderita (Dinkes Sukoharjo, 2022). Adanya penyakit hipertensi dan diabetes melitus seringkali menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat berujung pada kematian dan kesakitan. Dengan komplikasi tersebut kemungkinan besar akan mengganggu kualitas hidup pada lanjut usia. Olehikarena itu, diperlukaniperhatian khusus untukimencegah dan mengelola penyakit ini dengan benar sehingga berbagai komplikasi dapat dihindari setelah terdiagnosis.  

Kualitas hidup didefinisikan sebagai pencapaian kehidupan manusia ke tingkat yang diinginkan atau ideal. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk termasuk lanjut usia diperlukan penatalaksaan yang efektif dan efisien berupa management perilaku perawatan diri (self care management) untuk meminimalkan komplikasi (Kemenkes, 2019). Self care management merupakan kemampuaniuntuk mengatur, mengubah, dan mempertahankaniperilaku yangiefektif secara mandiri (Murni et al., 2023). Menurut (Ida Suryawati et al., 2023) terdapat efek positif yang signifikan terhadap 60 responden terkait dengan self care management denganikualitas hidup lansiaiyang mengalamiihipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara Aceh Utara. Semakinitinggi self care management yang dilakukan maka semakinibaik pula kualitas hidup penderita hipertensi, sebaliknya semakin rendah self care management yang dilakukan makaisemakin buruk kualitas hidup penderita hipertensi. Hasil ini sama dengan penelitian (Asnaniar, 2019) bahwa terdapat hubungan antara self care dengan kualitasihidupipada pasien diabetes melitus di Puskesmas Antang Makassar dengan nilai p = 0.000.

Puskesmas adalahifasilitas kesehatan pertama yang berperan dalam pelaksanaan Prolanis. Dalam menjalankaniprogram ini, peran mereka sebagai pusat pelayanan berjenjang BPJS Kesehatan sangatlah penting. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Indonesia sebanyak 10.374 unit pada tahun 2022, naik 0,80% dari 10.292 unit pada tahun sebelumnya, dan memainkan peran penting dalam pencegahan dan deteksi dini PTM. Di Jawa Tengah, Puskesmas Grogol, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, adalah salah satu puskesmas yang menyelenggarakan prolanis.

Berdasarkan data hasilistudi pendahuluanipada bulan Desember 2023 di Puskesmas Grogol Sukoharjo, didapatkan hasil bahwa di wilayah Puskesmas Grogol jumlah anggota prolanis  mencapai  575 jiwa dengan lansia sebanyak 288 jiwa. Salah satu kegiatan prolanis disana meliputi Konsultasi dengan dokter, edukasi, senam dan pemantauan status kesehatan yang dilakukan setiap bulan pada tanggal 13. Untuk Reminder SMS gateway dilakukan petugas puskesmas ketika akan dilakukan pemeriksaan bulanan. Namun, karena kurangnya sumber daya manusia, kegiatan home visit tidak dilakukan. Hasil wawancara dengan beberapa anggota prolanis menunjukkan bahwa kabanyakan dari mereka memiliki gaya hidup yang buruk seperti merokok, minum kopi berlebihan, makan makanan cepat saji, asin dan manis.

Berdasarkan hasil yang sudah dipaparkan serta tingginya prevalensi penyakit kronis di Puskesmas Grogol. Sebagai upaya untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut dari penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, penelitiitertarik untuk melakukanipenelitian tentang “Hubungan antara Self Care Management denganikualitas hidup lansia anggota prolanis di Puskesmas Grogol Sukoharjo”.

Published
2024-03-09
Section
B1 - Skripsi/Thesis/Desertasi dengan subyek uji manusia