6023.2025 Hubungan Status Gizi dan Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Ispa pada Balita di Surakarta

  • Sheli Nurhaliza Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

 

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh berbagai patogen virus dan bakteri, dan menjadi penyebab utama morbiditas serta mortalitas global dengan sekitar 4,25 juta kematian setiap tahun (Cui et al., 2024). Di Indonesia, ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama dengan prevalensi nasional 2,2% dan di Jawa Tengah 2,5% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023). Di Kota Surakarta, khususnya Kecamatan Serengan, laporan SKDR Puskesmas Kratonan pada April 2025 menunjukkan bahwa dari 578 kasus penyakit menular, 554 di antaranya merupakan ISPA (Puskesmas Kratonan Kota Surakarta, 2025).

ISPA pada anak dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis, lingkungan, serta status gizi dan imunisasi. Faktor sosiodemografis mencakup usia dan jenis kelamin anak, serta kondisi sosial ekonomi dan pendidikan ibu. Faktor lingkungan meliputi perilaku merokok, ventilasi rumah, jenis bahan bakar, dan paparan debu. Sementara itu, faktor gizi dan imunisasi mencakup pemberian ASI eksklusif, status gizi, imunisasi dasar, serta asupan vitamin A dan zink (Fadila & Siyam, 2022).

Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit ISPA karena sistem imun yang belum matang. Kondisi status gizi yang kurang dapat memperburuk fungsi imunitas, seperti menurunkan aktivitas limfosit T, produksi antibodi, dan kemampuan fagositosis, sehingga daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas menjadi lemah (Morales et al., 2024). Selain itu, paparan asap rokok di juga meningkatkan risiko ISPA pada balita melalui kerusakan epitel bersilia, gangguan mekanisme mukosilier, serta proses inflamasi pada saluran napas (Wang et al., 2022).

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda mengenai hubungan antara status gizi dan kejadian ISPA pada balita. Widyawati et al., (2020) dan Setiawati et al., (2021) melaporkan bahwa status gizi kurang, buruk, maupun obesitas berhubungan dengan meningkatnya kejadian ISPA pada balita. Namun, hasil berbeda ditemukan oleh Mubarokah et al., (2024) yang tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status gizi dan kejadian ISPA.

Sementara itu, hasil penelitian mengenai paparan asap rokok dan kejadian ISPA pada balita juga bervariasi. Seda et al., (2021) dan Rahagia et al., (2023) menemukan hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok di lingkungan rumah dan meningkatnya risiko ISPA pada balita. Sedangkan Gobel et al., (2021) melaporkan tidak adanya hubungan yang berarti antara paparan asap rokok dan kejadian ISPA pada balita.

Berdasarkan latar belakang tersebut bahwa menunjukkan perbedaan hasil penelitian terkait hubungan antara status gizi dan paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita. Di sisi lain, angka kasus ISPA di Kota Surakarta masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan paparan asap rokok terhadap kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kratonan Kota Surakarta.

 

 

 

Published
2025-12-24
Section
B1 - Skripsi/Thesis/Desertasi dengan subyek uji manusia