5974.2025 POTENSI EKSTRAK KUNCUP CENGKEH (Syzygium aromaticum) SEBAGAI AGEN ANTI-INFLAMASI MELALUI SUPRESI CYCLOOXYGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI DERMATITIS DENGAN 2,4-DINITROCHLOROBENZENE (DNCB)
Abstract
Indonesia merupakan salah satu negara produsen cengkeh (Syzygium aromaticum) terbesar di dunia, sehingga memiliki potensi besar untuk pengembangan cengkeh sebagai obat herbal. Bagian kuncup dari cengkeh merupakan komponen yang paling banyak mengandung minyak esensial berupa eugenol yang diketahui memiliki efek anti-inflamasi melalui mekanisme penghambatan ekspresi enzim cyclooxygenase 2 (COX-2), yang berperan kunci dalam proses inflamasi. Hingga saat ini, belum ada data ilmiah yang membuktikan pengaruh ekstrak kuncup cengkeh terhadap ekspresi mRNA enzim COX-2 pada hewan coba model inflamasi. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi potensi cengkeh sebagai alternatif alami pengganti obat sintetis. Penelitian ini adalah eksperimental dengan desain post-test only control group design. Sejumlah 25 mencit Balb/c jantan sesuai kriteria restriksi dibagi menjadi lima kelompok: kontrol negatif (larutan fisiologis), kontrol positif (dexamethasone 1mg/kgbb), dan tiga kelompok perlakuan dengan ekstrak kuncup cengkeh konsentrasi 10%, 20%, dan 40% selama 14 hari dan terminasi dilakukan pada hari ke-15. Senyawa 2,4-dinitrochlorobenzene (DNCB) digunakan sebagai induksi inflamasi. Ekspresi mRNA enzim COX-2 dianalisis melalui teknik real time PCR dengan sampel jaringan kulit mencit dan sel darah menggunakan primer spesifik. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan software Jeffrey Amazing Statistical Program (JASP) untuk mengetahui perbedaan ekspresi mRNA enzim COX-2 antar kelompok. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah potensi cengkeh sebagai anti-inflamasi, khususnya pada mekanisme penghambatan enzim COX-2, serta dapat mendukung pengembangan obat alami yang aman. Dari sisi praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi cengkeh sebagai komoditas lokal Indonesia, dan mendorong industri kesehatan herbal berbahan baku lokal.