5844.2025 HUBUNGAN PEMBERIAN ASE : ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE DALAM MENGATASI NYERI DISMENORE DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
Abstract
Menstruasi merupakan salah satu hal yang menjadi tanda penting yang menandakan bahwa seorang perempuan telah nemasuki tahap kematangan seksual dan psikologis (De Fretes et al., 2020). Menstruasi didefinisikan sebagai perdarahan di vagina yang terjadi dalam suatu periode tertentu dan disebabkan karena adanya pengelupasan dinding atau lapisan rahim. Pada saat periode menstruasi, banyak wanita yang sering mengalami ketidaknyamanan atau nyeri hebat yang dikenal dengan nyeri haid atau dismenore (Pawae et al., 2024)
Dismenore terbagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang terjadi tanpa adanya kelainan fungsi genital atau tanpa penyakit genital penyerta. Nyeri haid ini bersifat kejang berjangkit di area perut bawah kemudian menjalar ke pinggang hingga paha(Horman et al., 2021). Saat rahim mengeluarkan darah dari dalam rahim dengan sangat intens, terjadi kontraksi otot rahim yang sangat kuat dan bisa menyebabkan kram perut bagian bawah. Nyeri haid dapat terjadi secara terus-menerus dan bisa terjadi sebelum, saat, dan atau sesudah periode menstruasi itu sendiri (Vera Iriani Abdullah, 2024).
Sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai dengan kelainan genital, dismenore ini biasanya terjadi pada usia 30-an (Tsamara et al., 2020) Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi akibat adanya kelainan reproduksi perempuan seperti endometriosis yang menyebabkan adanya perubahan anatomi atau patologipada organ reproduksi secara makroskopis (Syafriani et al., 2021)
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat, 30-50% wanita usia produktif mengalami dismenore yang kemudian berdampak pada kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan di sekolah, dan kehidupan keluarga (Rachmawati et al., 2020). Prevalensi data dismenore menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, angka kejadian dismenore dunia sebesar 1.769.425 jiwa wanita mengalami dismenore, dengan 10-16% di antaranya mengalami dismenore berat. Di indonesia sendiri, kejadian dismenore menunjukkan angka yang signifikan yaitu sekitar 106.673 jiwa (64,25%), yang terdiri ddari dismenore primer sebanyak 59.671 jiwa (54,89%) dan dismenore sekunder sebanyak 9.496 jiwa (9,36%) (Maufiroh et al., 2023).
Penduduk Jawa Tengah pada tahun 2019 sebanyak 33.772.141, dan 5.632.143 remaja putri usia 10-19 tahun mengalami dismenore(Sulymbona, 2024). Sedangkan untuk prevalensi dismenore di Surakarta sebesar 89,8% (Wulandari & Widiyaningsih, 2023). Dismenore menjadi salah satu tingginya morbiditas pada perempuan produktif. Dismenore seringkali tidak terdiagnosis dan tidak tertangani karena pasien dismenore seringkali tidak mencari pengobatan atau pertolongan yang tersedia, padahal dismenore sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka hingga mengganggu mood, ansietas, dan depresi (Anggraini et al., 2022).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mery solon dkk, didapatkan bahwa latihan atau aktivitas fisik bisa menghasilkan hormon endorfin. Saat kita melakukan aktivitas fisik, otak dan sumsum tulang belakang akan memproduksi hormon endorfin yang bisa berfungsi sebagai obat penenang alami dan memberikan rasa nyaman (Solon et al., 2024). Ketika seseorang melakukan kegiatan olahraga seperti abdominal stetching exercise, tubuh akan meningkatkan sekresi hormon estrogen dan menghasilkan beta endorfin yang bisa membuat otak bahagia. Saat otak bahagia, pasokan oksigen ke otot menjadi lebih optimal dan maksimal, termasuk otot pada panggul dan organ reproduksi termasuk rahim (Tyas et al., 2023).
Hasil studi yang dilakukan oleh dharmayanti et al (2020) menunjukkan bahwa level nyeri dismenore menurun setelah diberi intervensi abdominal stretching exercise, hal ini dikarenakan pergerakan otot perut bagian bawah dan pinggang memberi tekanan pada pembuluh dasar di perut dan ada peningkatan volume darah yang mengalir ke seluruh tubuh dan organ reproduksi sehingga oksigen dapat dengan lancar memasuki pembuluh yang mengalami vasokonstriksi dan ada penurunan nyeri dismenore (Nuralam et al., 2020). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardriani, et al (2020) abdominal stretching exercise dapat meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, dan fleksibilitas sehingga bisa mengurangi nyeri dismenore (Manalu et al., 2022).
Dismenore dianggap sebagai siksaan khusus yang harus dialami setiap bulan bagi beberapa remaja. Ada beberapa solusi untuk menghilangkan rasa nyeri akibat dismenore, baik terapi farmakologis maupun non-farmakologis, namun terapi non farmakologis terutama olahraga dianggap lebih aman karena tidak memiliki efek samping yang dapat mengalhkan perhatian proses fisiologis tubuh (Rejeki et al., 2021).